Assalammualaikum…
Halo, apa kabar? 🙂 🙂 sudah lama sekali tidak menyapa disini. Kali ini saya meluangkan waktu untuk menulis artikel mengenai cinta? emm bukan… bukan… Mungkin pernikahan ya. Saya rasa bukan juga. Ya begitulah.
Ini hanya tulisan yang ingin saya baca di lain waktu.
*oh ya tadi sebetulnya saya sudah menulis di offline dan sudah selesai, saya hanya lupa menyimpannya. (hehe)* ujian nulis biar semangat nulis terus mungkin ya :). Okay langsung saja dari pada ga jadi terbit xixi.
“Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah hendaklah menjaga kesucian dirinya sampai Allah menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya.” (An-Nur: 33).
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. [QS Al Mu’minuun: 5 – 7]
Wahai sekalian para pemuda, barangsiapa di antara kamu yang mempunyai kemampuan hendaklah segera menikah, karena nikah itu lebih menundukkan mata dan lebih menjaga kehormatan diri. Dan barangsiapa yang belum mampu hendakanya berpuasa, karena puasa itu dapat membentenginya” [Muttafaq ‘Alaih]
Pada hadits tadi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dua hal kepada kita, yaitu :
- Segera menikah bagi yang mampu.
- Meredam nafsu dengan melakukan puasa bagi orang yang belum mampu menikah, sebab puasa itu dapat melemahkan godaan dan bisikan syetan.
Tak hanya disana, saya juga membaca tulisan ini : Maka hendaklah kita, wahai pemuda, beretika dengan etika agama dan bersungguh-sungguh di dalam berupaya memelihara kehormatan diri kita dengan nikah syar’i sekalipun harus dengan berhutang atau meminjam dana. InsyaAllah, Dia akan memberimu kecukupan untuk melunasinya.
Mungkin tulisan-tulisan di atas sudah cukup untuk menyamakan persepsi kita, sebelum menulis ini saya mencoba memposisikan diri sebagai ikhwan yang akan segera menikah dan juga memposisikan sebagai akhwat. Apabila tidak rasional mohon maaf karena saya tetep ikhwan. B|
Pertanyaannya cukup simpel : Kenapa saya harus menikah dengan anda?
Oke saya coba menebak jawabannya : karena kita saling mencintai? -halah- | karena kita sejalan, kita saling percaya, kita saling memahami, kita ingin membangun rumah tangga bersama. Blabla silahkan tambahkan sendiri.
Lantas, seandainya pilihan saya itu bukan anda, apakah tidak ada lelaki lain yang bisa anda percaya? | tentu ada, bahkan jauh lebih baikpun banyak, atau mungkin anda akan menjawab Allah adalah perencana yang amat hebat, Allah maha adil, tidak ada yang perlu kita risaukan, serahkan kepadanya menganai takdir. Sepakat?
Apabila kita sadar mengenai hak dan kewajiban kita di dunia ini. Ruh kita pun bukan milik kita sendiri, kita benar-benar tidak mempunyai apapun. Kewajiban kita bisa di jabarkan dengan : ‘khairunnas anfauhum linnas’. Memanfaatkan dalam semua kesempatan. Pernikahan itu bukan antara siapa dengan siapanya. Ilmu kita sangat mempengaruhi personalitas. Saya rasa pernikahan tidak ada kata pesimis, cukup dasar yang kuat insyaAllah bisa merajut rumah tangga dan bisa saling membentuk apa yang terbaik untuk diri kita sendiri. So… Tak perlu risau, tak perlu mencari, akan ada waktunya kelak.
Percayalah kamu akan selalu berusaha mencintai apa yang kamu punya. Layaknya gadget pribadi untuk terus kita syukuri apa yang kita punya.
Oh ya, kenapa hati ini terus mencintai dia, padahal dia sudah berkeluarga? | Saya akui itu benar-benar rasa cinta. Namun kita lupa akan ‘Iffah *menahan. Memang tidak salah, namun rasa bahagia tidak harus kau bersama dia bukan? Apabila kita benar-benar mencintai sesuatu saya sangat yakin harapan kita akan mendoakan semoga dia bisa bahagia dengan apa yang dia miliki saat ini, Dia bahagia, kita pasti akan ikut bahagia. Suatu mitos?
Tidak.
Kamu pernah beramal? memberikan sepasang baju yang kita senangi dan selalu kita pakai, ada orang yang membutuhkan dan baju tersebut terlihat lebih cocok di kenakannya?
Apakah kamu akan senang melihatnya? 🙂
Keikhlasan itu memang luar biasa, kita hanya perlu ikhlas ridho lillahi ta’ala
Kita hanya perlu percaya bahwa semua akan indah pada waktunya apabila kita selalu ikhtiar. Bukan indah pada waktunya dengan berdiam diri, seperti kamu bermain dadu dan mengharapkan sebuah angka saja. 🙂
Siapapun dari sesiapa punya harapan tentang siapa, namun siap-siaplah. Jangan sampai hanya berharap tanpa bekal dan perjuangan. Semakin besar perjuanganmu dan kesabaranmu, menunjukkan semakin kamu menghargai harapanmu sendiri dan menghargai dia yang kamu harapkan.
Banyak yang mengira after-marriage itu indah saja, Salah besar. Saya yakin ujiannya akan lebih banyak. Tapi tentu saja penyembuhnya lebih available dibandingkan saat sendiri. Tentunya semua itu apabila di-manage sesuai syariah, bakal berpahala besar, bisa punya anak shaleh dan juga berprestasi siapa yang tidak senang 🙂
Sudah jelas bukan, saat ini kita harus mempersiapkan apa? 🙂
Di tulis oleh Alfian dengan penuh rasa syukur.
Semoga bermanfaat 🙂
Salam silaturahmi.