Assalammualaikum, selamat pagi semoga kita selalu tetap pada jalan yang selalu di ridhainya, pada tulisan ini saya akan berbagi cerita fiksi mengenai seorang pejalan kehidupan.
Perkenalkan saya adalah seorang manusia biasa, yang hidup penuh dengan rasa khilaf bukan berarti saya seorang manusia yang selalu melakukan kesalahan, manusia memang tidak ada yang sempurna tapi itu bukan suatu alasan untuk terus bersalah. Tabiyat manusia adalah berusaha menjadi lebih baik, saya harus belajar dan menjadi lebih baik. Kala itu saya kehilangan rasa semangat untuk terus berjalan mengarumi kehidupan. Entah apa yang saya fikirkan, ketika itu saya kehilangan sebuah intan, saya mendapatkannya ketika saya berjalan dan melihat calon intan yang masih dalam bentuk batu kasar hingga dia menjadi sebuah intan yang saya simpan, dan saat itu saya lebih sibuk untuk mencari intan yang hilang, apabila menggunakan rasionalitas kenapa harus menghabiskan waktu dalam sebuah pencarian sebuah intan yang benar-benar tidak terlihat atau mungkin sudah di ambil orang lain sehingga saya tidak bisa menemukannya kembali. Kenapa saya harus mencarinya? Bahkan saya masih bisa membeli sebuah intan yang lebih baik apabila saya tetap berjalan, namun kenyataannya saya masih tetap mencari sebuah intan yang hilang tersebut. Saya lupa akan tujuan serta misi hidup saya di dunia. Saya merasa egois lebih mementingkan apa yang hilang untuk kepentingan diri saya sendiri, kenapa saya tidak berjalan untuk terus mencari ilmu agar kelak dapat bermanfaat untuk banyak orang. Saya tersadar ketika saya harus menjemput seorang teman dan saya mendapatkan amanat dari kedua orang tuanya untuk menjaganya, dan juga ucapan terimakasih dari kedua orang tuanya. Hati merasa tersentuh dan mendapatkan reminder dariNya untuk tidak lagi egois mementingkan persoalan diri sendiri. Rasa syukur ini sempat hilang selama beberapa hari. Saya selalu berharap semoga saya menjadi orang yang bermanfaat, bisa membantu orang-orang di sekitar. Persoalan ummah harus di utamakan.
Sekian.

No Comments